Cerita Cinta Terlarang Berakhir Bahagia
Pagi. Hari yang cerah untuk jiwa yang risau. Tetapi itu hanya satu judul lagu.
Metode Dalam Memilih Provider Togel
Sebab pagi hari ini, Otoy nampak sedang menyapu di halaman rumah. Terlihat sapu lidi yang tetap bergerak kumpulkan dedaunan digenggam erat di tangan kanannya.
Tidak jauh dekat ia menyapu, satu pengki bambu terkapar. Menanti pekerjaan intinya, yakni mengusung sampah.
Narasi Cinta Terlarang Bila sekarang ini Otoy sedang menyapu, karena itu dinyatakan pagi hari ini ialah pagi yang cantik, fresh serta membahagiakan. Tidak ada kegelisahan seperti judul lagu barusan.
Otoy, nama aslinya ialah Aliando. Hanya kemungkinan karena bentuk mukanya seperti tokoh kartun di koran, rekan-rekan ia menyebutnya Otoy. Ah fundamen anak muda, ada saja.
Hari itu ia libur kerja, sebab hari Minggu. Karena itu waktu kosongnya dia pakai untuk menolong emaknya. Otoy ini cowok yang soleh.
Bagaimana tampangnya? Ganteng. Sebelas dua belas dengan Aliando yang aktris itu. Hanya yang sana aktris, ini pegawai kantoran. Hanya itu perbedaannya.
Saat Otoy sedang asyik menyapu dekat pagar, dari kejauhan terlihat sedang berjalan merapat seorang wanita cantik.
Langsung ia berasa suka. "Sang cantik akan melalui," gumamnya di hati. Sekarang pergerakan sapunya sedikit melamban, giliran detakan jantungnya yang bergerak cepat.
Cewek itu namanya Awal. Muka serta badannya seperti dengan Nikita Mirzani. Putih, semok serta demplon. Olala.
Tidak bingung bila Otoy naksir berat pada cewek ini. Cuma ketakutan saja yang membuat ia tidak berani berlaga.
Sekarang cewek itu telah berada di hadapannya. Otoy juga memulai usaha, "Awal, ingin ke mana nih?" tanyanya sekalian senyum-senyum.
Awal melihat sesaat, sesudah tahu siapa yang menanyakan, ia menjawab sekalian tersenyum, "Ingin ke depan Bang, membeli nasi uduk."
Senyum berikut yang membuat Otoy terpikat. Rasa-rasanya sawah yang lima hektar, Kebo lima ekor, ingin diberi saja untuk mahar. Itu jika punyai.
"Bisa dong Abang dipisah satu," gurau Otoy. Ingin mengenali reaksi cewek bohay ini.
"Oh Abang ingin, iya kelak Awal beliin," sahut Awal tanpa ada mikir panjang.
Satu jawaban yang membuat Otoy makin dalam berasa jika berikut wanita yang pas buat dianya.
Cerita Cinta Terlarang "Ali, telah beres nyapunya? Setelah itu ngepel lantai yah," terdengar ibunya sang Otoy teriak kuat. Ia keluar dari tempat tinggalnya sekalian bawa serta cucian.
"Hadeuh sang Enyak, buat malu saja," gerutu sang Otoy dalam hati. Ditambah lagi saat sang Awal senyum-senyum, terasanya menyusut nilai plusnya di mata cewek ini. Tetapi diluaran dia menyahut sekalian masih semringah, "Iya Nyak."
"Abang rajin yah," sebut Awal. Entahlah mengejek atau memang takjub.
"Ah biasa saja," sahut sang Otoy bingung harus suka atau berasa keki.
"Enyak melihat, kamu telah beres nyapunya. Cepetan kamu ngepel, itu lantai pada kotor," kembali lagi ibunya sang Otoy menyela. Kelihatannya ingin mengganggu percakapan mereka.
"Iyah Nyak, sesaat. Ali kan lagi bercakap," sahut sang Otoy cukup jengkel. Berasa terusik kesukaannya.
"Ya sudah Bang, Awal pergi dahulu yah. Kelak tidak selesai-selesai jika kita bercakap. Lagian takut kehabisan nasi uduknya," sebut Awal sekalian mulai berjalan.
"Iya, maaf yah," sahut sang Otoy sekalian senyum-senyum kagak jelas.
"Ya," jawab Awal sekalian terus berjalan. Disertai tatapan sang Otoy yang penuh lamunan.
"Coba gue yang nganter, coba kita bareng-bareng membeli nasi uduknya."
Sang Otoy mulai menggali sampah gunakan pengki serta memasukkan ke tempat sampah. Selanjutnya ia mulai membakarnya.
"Ali, kamu janganlah sampai punyai isteri seperti sang Awal itu," terdengar perkataan ibunya sang Otoy. Nampaknya dia telah beres menjemur baju, sedang sang Otoy sekarang sedang mengepel lantai.
"Memangnya mengapa Nyak?" bertanya sang Otoy.
"Sang Awal kan kerjanya dalam tempat hiburan malam seperti gituh, waktu kamu tidak tahu," jawab ibunya dengan air muka yang kurang suka.
"Iyah Ali tahu, ia kerjanya untuk pemandu karaoke. Tetapi orang-orang kan dapat beralih Nyak," sahut Otoy sekalian masih mengepel lantai.
"Beralih bagaimana tujuannya?" bertanya ibunya sang Otoy sedikit ingin tahu.
"Ya beralih bertambah lebih baik dong Nyak. Bulan inilah pemandu karaoke, siapa tahu bulan depan ia jadi pramuniaga toko. Ini hari nampak jelek, siapa tahu esok ia nampak baik. Nasib orang kan siapa yang mengetahui Nyak," cerocos Otoy penuh semangat, seolah ingin bela situasi tambatan hatinya.
"Iyah, ngomong sich mudah. Tetapi ngelakuinnya yang sulit. Intinya Enyak tidak ingin melihat kamu dekat-dekat sama ia, ditambah lagi sampai kekasihan. Jangan sampai deh," sebut ibunya dengan raut muka tidak senang.
"Jika ia jodoh Ali bagaimana?"
"Tidak kemungkinan. Mending mencari lainnya."
"Yee Enyak, seperti Tuhan saja dapat mastiin gituh. Dosa loh. Contohnya telah mencari lainnya, terus masih menurut Ali, Awal ialah cewek yang paling baik buat Ali bagaimana?"
"Ah terserah kamu deh, tetapi masih Enyak meminta yeh, jika tidak sangat terpaksa, mending mencari cewek lainnya," kesempatan ini perkataan ibunya sang Otoy cukup melunak sekalian masuk ke rumah.
"Iyah Nyak," jawab sang Otoy pendek. Ia tidak mau perpanjang percakapan ini. Urusannya belum juga tahu, telah menebak kemana saja. Belum pasti sang Awal ingin ama gue pikirnya, sekalian melanjutkan pekerjaan.
Sedang asyiknya sang Otoy mengepel, terdengar ada suara panggilan, "Bang, Bang Ali." Kelihatannya suara seorang wanita.
Sang Otoy juga hentikan kerjanya. Dia melihat ke halaman. Rupanya Awal, sedang berdiri di muka pintu pagar.
Tentunya, si Arjuna ini naik kegirangan. Dia bergegas mendekati cewek itu.
"Eh Awal, ada apakah? " bertanya sang Otoy sedikit ingin tahu. Kan mustahil jika cewek ini ingin nyatain cinta, pikirnya belagak edan.
"Ini, tuturnya ingin nasi uduk. Awal beliin buat Abang serta Enyak," sahut Awal sekalian menyodorkan bingkisan plastik hitam.
Untuk sekejap sang Otoy terkejut. Ia terima plastik itu dengan perasaan yang bersatu aduk. Ada suka ada bingung.
Sekalian tersenyum sang Otoy mengatakan, "Wah terima kasih Din. Berapakah nih?" Di hati sich dia mengharap supaya nasi itu gratis.
Bukan bermakna ia ingin makanan gratis. Tetapi menginginkan suatu hal yang namanya perhatian. Tidakkah perhatian adalah salah satunya sinyal dari rasa sayang atau cinta, pikirnya.
"Tidak perlu bayar, gratis kok. Bertepatan saya ada rejeki," jawab Awal.
"Beneran nih?" kejar sang Otoy ingin pastikan.
"Bener lah. Waktu berbohong sich," timpal Awal sekalian tersenyum. Tentunya sang Otoy bersorak senang dalam hati. Inilah, pikirnya.
"Terima kasih jika demikian. Kelak Abang bilangin ke Enyak. Ngomong-ngomong tidak ingin singgah dahulu?" Kata sang Otoy ngarep, wajahnya berasa bertambah cerah dibanding si pagi.
"Kelak saja Bang, Awal harus bawa serta sarapan ini untuk Enyak serta adik-adik di dalam rumah. Kelak mereka kelaperan nungguin," tolak Awal sekalian mulai bergerak akan pergi.
"Oh gituh. Ya telah tidak apa-apa. Tetapi jika kelak Abang yang singgah je rumah Awal, bisa kan?" sebut sang Otoy katanya sedikit terbata-bata. Takut tidak diterima.
"Bisa. Tetapi malam nanti saja yah. Bertepatan, Awal lagi libur," sahut Awal sekalian masih mengambil langkah.
"Siap," sebut sang Otoy 1/2 teriak karena sangat senangnya. Awal, cuma tersenyum-senyum saja lihat tingkah laku konyol sang Otoy ini.
Pada akhirnya Awal mengambil langkah menjauh disertai tatapan cinta dari sang Otoy. Sampai bayangan gadis itu lenyap baru dia mengubah pandangannya. Cinta memang aneh.
"Nyak, nih ada orang memberi nasi uduk," sebut sang Otoy saat masuk ke rumah.
"Dari siapa?" terdengar sahutan ibunya dari dapur.
"Awal," jawab sang Otoy saat telah ada di dapur.
"Ah yang bener?" kata emaknya, dengan gestur tidak yakin.
"Bener Nyak, waktu berbohong. Dosa," sebut sang Otoy dengan gestur muka penuh kemenangan.
"Ya udeh, katakan terima kasih jika kelak bertemu," timpal ibunya sang Otoy sekalian terima nasi uduk itu. Orangnya bisa tidak senang, pemberiannya sich senang. Hadeuh.
"Iyah Nyak."
Jalinan Terlarang "Ingin ke mana kamu Ali, rapi demikian?" bertanya ibunya sang Otoy saat lihat anaknya kenakan pakaian rapi malam itu.
"Ingin ke rumah Awal, Nyak," jawab Otoy sekalian mengambil smartphone dari colokannya.
"Ngapain, Enyak tidak senang kamu maen ke rumah anak itu. Apa tidak ada wanita lain," lanjut emaknya sang Otoy. Ada suara tidak senang dalam ucapannya.
"Nyak, Ali tahu, jika Enyak tidak senang sama Awal. Tetapi, kita belum mengetahui sebenernya situasi ia. Karena itu Ali ingin mengetahui lebih dalam mengenai Awal. Kelak, bila memang ia memang seperti yang dipikirkan beberapa orang, Ali tidak akan melanjutkan usaha untuk bertambah dekat sama ia," rajuk Ali dengan muka penuh berharap.
"Buat apa, orang-orang sudah mengetahui situasinya. Ngapain sich kamu ngotot ngedeketin anak itu, kaya kurang kerjaan saja," sebut ibunya sang Otoy sewot.
"Iyah, tetapi itu kan kata orang Nyak. Belum pasti mereka mengetahui sangkut-paut kehidupan Awal. Misalnya barusan pagi, apa beberapa orang pada tahu, bila cewek itu sebenernya baik," sahut Otoy coba memberikan keyakinan ibunya.
"Beberapa orang itu ngomong tentu ada faktanya. Telah, kamu mencari saja lainnya. Ibu tidak sepakat," kata ibunya sedikit ngotot.
"Gini saja Nyak, kasih izin Ali sekali ini saja. Kelak Ali kasih tahu fakta yang sebetulnya. Bagaimana? Bisa kan?" Pinta Ali dengan muka memelas coba melelehkan hati emaknya.
"Hah fundamen anak bandel. Ya telah sana. Tetapi inget, kelak kamu harus narasi yang sebenernya mengenai anak itu. Jangan pakai berbohong," meneror ibunya. Walaupun telah melunak, tetapi suaranya masih menampik.
"Siap Nyak," sahut sang Otoy samb bergegas ke luar takut ibunya beralih pemikiran. Berabe.
Pengenalan "Eh Abang, mari masuk. Kirain tidak jadi," kata Awal saat buka pintu tempat tinggalnya serta terlihat sang Otoy sedang tersenyum menatapnya.
"Maaf terlambat, barusan membeli martabak dahulu. Nih martabaknya," sahut Otoy sekalian memberikan bingkisan pada Awal serta turut masuk ke rumah.
Rumah Awal rupanya cuma satu kontrakan kecil. Terbagi dalam ruangan tamu, ruangan tengah untuk tidur serta dapur. Semasing ruang disekat tirai.
"Ah pakai ribet semua. Mari duduk. Sesaat Awal bawain air dahulu. Ingin minum apa?" sebut Awal sekalian terima bingkisan serta menunjuk pada bangku tamu.
"Teh ada?" bertanya sang Otoy.
"Ada. Sesaat yah Awal buatkan," jawab cewek itu sekalian masuk ke rumah.
"Siapa itu kak," terdengar ramai pertanyaan dari dalam.
"Kak Ali, sana kalian temenin dahulu," terdengar jawaban dari Awal.
Selang beberapa saat ada 3 orang anak kecil, dua cewek satu cowok dari ruangan tengah. Disaksikan dari umur, yang satu SMA, SMP serta yang satu SD.
Mereka menyalami Otoy sekalian mencium tangannya. Membuat sang otoy terenyuh. Terasanya telah jadi seorang bapak.
Selang beberapa saat seorang wanita tua keluar. Rupanya ibunya Awal. Otoy berdiri serta menyalaminya.
Mereka bercakap kesana kemari. Rupanya keluarga Awal hanya berlima. Bapaknya Awal telah wafat.
Sekarang sebagai sandaran hidup keluarga itu ialah Awal. Dibantu ibunya yang kerja sembarangan. Seperti membersihkan baju serta bantu-bantu tetangga.
Keterangan Mengenai Cinta "Nyak, Ali ingin narasi mengenai Awal nih," sebut Ali saat ia pulang dari tempat tinggalnya.
"Iyah bagaimana ceritanya?" bertanya Enyaknya penuh ingin tahu.
"Jadi rupanya, Awal kerja dalam tempat hiburan malam itu sebab sangat terpaksa. Ia perlu menjaga ke-3 adiknya yang masih tetap sekolah," randek Otoy sekalian menyeruput teh yang disiapkan emaknya.
"Terus bagaimana," kata ibunya penuh ingin tahu.
"Sebenarnya ia tidak ingin kerja disana. Hanya, bertepatan itu saja saja jalan yang ada sekarang ini. Ia telah coba melamar kerja di mall tetapi belumlah ada panggilan kerja," jawab Otoy sekalian memandang lekat ibunya seperti ingin ketahui apakah yang berada di pikirannya.
Ibunya Otoy nampak sedikit heran. Selanjutnya ia menanyakan, "Jika bapak serta ibunya?"
"Bapaknya telah wafat. Ibunya kerja sembarangan," jawab Otoy dengan suara susah. Berasa kasihan akan nasib keluarga itu.
"Oh demikian," sebut emaknya pendek. Ada rasa kasihan di mukanya seperti situasi sang Otoy sekarang ini.
"Enyak, bisa kan jika Ali menolong keluarga itu?"
"Menolong bagaimana?" bertanya emaknya ingin tahu.
"Ali ingin mengusung Awal dari dunia malam. Dengan jadikan ia isteri Ali, bagaimana menurut Enyak?" sahut sang Otoy dengan penuh pengharapan ibunya akan sepakat atas usulnya.
"Terserah kamu saja. Tetapi jika dapat, kamu pilih isteri lainnya saja. Belum pasti ia calon isteri yang baik. Terus apa kamu ingin memikul keluarganya," sahut Enyaknya. Sedikit memberikan kesempatan tetapi masih sangsi.
"Harus Nyak. Tetapi Ali ingin nanya, bila kita bangun warung makan di muka, Enyak sepakat tidak?"
"Buat apa?"
"Buat usaha penambahan, bila Awal ingin jadi isteri Ali."
"Terserah kamu. Bila usaha itu dibuka, kan tidak cuma anak itu yang mengaturnya. Bisa cewek kamu lainnya."
"Terima kasih Nyak."
Kenal Bertambah Dekat Telah berapa minggu Awal main ke tempat tinggalnya Otoy. Menyengaja sang Otoy ajak cewek itu supaya bertambah diketahui oleh ibunya.
Rupanya, sesudah beberapa waktu kenal watak Awal, Enyaknya sang Otoy mulai senang.
"Anak ini sebetulnya baik, cuma sayang nasib yang memaksanya harus hidup semacam itu," pikirkan ibunya Otoy.
Lamaran "Din, abang punyai pekerjaan buat kamu. Kurang lebih kamu ingin tidak?" bertanya Otoy waktu ia sedang main ke rumah cewek itu.
"Pekerjaan apa bang?" bertanya Rani ingin tahu.
"Sebenarnya ada dua pekerjaan buat Awal," sahut sang Otoy.
"Ada dua, kerja apa sajakah? " sebut Awal penuh ingin tahu.
"Satu, kerja di dalam rumah Abang. Satu lagi kerja bersama akang membuka warung nasi. Semua bahan telah disiapin, bila Awal ingin, kita tinggal bangun semua. Bagaimana menurut kamu?" Jawab sang Otoy. Matanya memandang lekat gadis idola di hadapannya. Mengharap jawaban yang terdengar ialah kata iya.